Aku baru mendengar ada istilah refashion pas baca satu majalah populer edisi bulan ini. Awalnya sih penasaran, eyampun... ternyata yang namanya refashion ini sudah dilakukan almarhum ibuku sejak jaman tau kapan. Sayang beliau gak punya blog, jadi aku gak bisa melihat jejak karya beliau.
Yang kuinget banget adalah pas aku mau lomba baca puisi pas SD, ibu memotong blus batik beliau yang berwarna coklat, dibuat seukuran tubuhku, kemudian membuang lengannya, dan jadilah semacam rompi cantik yang berpadu dengan seragam putih-putihku. Tak lupa ibu menambahkan dasi pita hitam di bagian krah.
Pas aku maju tingkat kecamatan, ibu membeli baju batik dari penjual baju rombengan (baju bekas). Terus membuang krahnya dan diganti dengan leher bentuk bulat gitu. Trus lengannya yang panjang, dipotong jadi sesiku, dihias tali diujungnya.
*silakan berimaji sendiri ya....
Dan entah berapa daster yang asalnya daster panjang lengan panjang, berubah jadi longdress you can see dan akhirnya jadi dress pendek you can see. Biasanya sih dipotong karena sobek/bolong. Atau kepanasan boleh jadi, Cilacap kan panas.
Dan juga entah berapa sprei no 1 yang bolong tengah trus dipotong dan disambung lagi jadi sprei no.3. Dan akhir dari refashion sprei ini adalah menjadi lap segi empat kecil-kecil untuk lap tangan atau lap dapur kalau bolongnya sudah enggak tertolong. Eh, kalau yang sprei ini mah bukan refashion kali ya... :D
Nah, bulan lalu aku juga melakukan refashion. Ceritanya aku njahitin blus ke penjahit. Kain batik 2m aku tambahin kain hitam uk. 1½ x ½ m kupikir cukup ya.. buat bikin blus di bawah lutut. Pesananku dada dan punggung disambung kain polos.
Eh, setelah menunggu hampir 2 bulan, hasil jahitan baru datang, dan betapa kecewanya aku karena blusnya masih di atas lutut dan bagian punggung atas pakai kain batik dengan alasan kain polosnya kurang. Yaelah... kalau alasan itu disampaikan ke orang yang nggak bisa njahit, kali percaya gitu aja. Meski amatiran, aku bisa ngitunglah keperluan kain. Karena kecewa berat si baju disimpen aja.
Setelah beberapa bulan, alhamdulillah, tiba-tiba saja muncul ide untuk menyambung baju itu dengan warna polosnya. Akupun beli lagi kain polos untuk menyambung blus tadi. Dan menambahkan tali pinggang untuk kesan kekanakan eh kelincahan..hahahaha.
Alhamdulillah bisa dipakai dengan setelah celana panjang, karena sekarang panjang blusnya sudah menutupi lutut.
Inilah hasilnya.
Toss, kok ibu kita sama, suka juga refashion gini..... sayang ibuku gagal menurunkannya padaku mbak... ^_^
BalasHapusKayaknya ibu-ibu kita itu memang type ibu hemat karena serba bisa ya... paling tidak tingkat 'kebisaan' yang buat keluarga pun... blm sampai dibisniskan. Tapi itu kan sudah sangat menghemat anggaraan....
HapusMba aku mau tanya..
BalasHapusKalo tangan baju yg udh dipotong mau disambung lagi pake bahan yg dipotongnya, bagus gx ya ??